Apa hubungan radikal bebas, antioksidan, dan puasa? Dengan mengurangi asupan kalori atau mengurangi makanannya dan ternyata dapat memperpanjang usia sampai ada yang mencapai dua kali lipat lebih panjang daripada yang diberi makanan secukupnya. Realitanya dapat diartikan dengan adanya pembatasan kalori saat puasa Ramadan dapat meningkatkan kadar antioksidan total. Untuk selanjutnya antioksidan total dapat menurunkan kadar radikal bebas.
Dalam puasa, kita wajib menahan segala yang dapat membatalkan, seperti tidak boleh makan dan minum mulai dari terbit matahari hingga terbenam matahari. Dan bila dihitung jumlahnya selama sekira 15 jam sehari.
Di sini, pola makan orang yang berpuasa berbeda dari pola makan di luar puasa. Sehingga, bila diteliti secara medis, puasa di bulan Ramadan dapat dijadikan sebagai media pelaksanaan restriksi (pembatasan) kalori pada manusia. Pertanyaannya, apa sih dampak positif dari adanya pembatasan kalori tersebut terhadap tubuh manusia?
Untuk menjawab hal tersebut, bisa kita selidiki dari keberadaan radikal bebas. Dewasa ini, radikal bebas banyak mendapat perhatian karena dianggap cukup menonjol dalam berperan terjadinya berbagai penyakit degeneratif, seperti arteriosklerosis, penyakit jantung, kanker, proses penuaan, dan lainnya.
Radikal bebas diartikan sebagai suatu molekul yang mengandung satu atau lebih elektron yang bersifat sangat reaktif dan dapat menyebabkan kerusakan atau kematian sel (penuaan). Untuk itu, dalam tubuh kita perlu yang namanya antioksidan. Yaitu suatu zat yang dapat membantu melindungi tubuh dari serangan radikal bebas.
Dengan kata lain, radikal bebas ini mempunyai peranan sangat penting dalam menentukan proses ketuaan seseorang. Untuk itu, kita harus sadar betul, seperti apa yang diungkapkan ahli Biomedik dari FKUI/RSCM, Prof Dr N. Suhana, ”Sebenarnya tubuh sendiri dapat menghasilkan enzim yang dapat menetralisir radikal bebas, seperti SOD [superoxide dismutase], enzim katalase, glutation peroksiadase. Namun, pada orang berusia lanjut enzim-enzim tersebut menurun jumlahnya, sehingga perlu dibantu oleh antioksidan dari luar.”
Terkait prosesi puasa di bulan Ramadan, ternyata telah memberikan hal yang menarik terhadap proses metabolisme tubuh manusia yang berpuasa. Kita tahu, faktor metabolisme sangat besar pengaruhnya dalam mencegah terjadinya penyakit degeneratif dalam proses penuaan. Kata Suhana, ternyata terlalu banyak makan akan merangsang pembentukan, bukan saja hormon insulin dan hormon pertumbuhan, tetapi juga akan meningkatkan metabolisme secara keseluruhan.
Dari suatu penelitian pada hewan tikus, telah dicoba mengurangi asupan kalori, atau mengurangi makanannya dan ternyata dapat memperpanjang usia sampai ada yang mencapai dua kali lipat lebih panjang daripada yang diberi makanan secukupnya. Realitanya dapat diartikan dengan adanya pembatasan kalori saat puasa Ramadan dapat meningkatkan kadar antioksidan total. Untuk selanjutnya antioksidan total dapat menurunkan kadar radikal bebas.
Kajian tersebut, telah didukung pula berdasarkan hasil penelitian dr Siti Setiati, SpPD-KGer dari Subbagian Geriatri Ilmu Penyakit Dalam FKUI/RSCM tentang “Efek restriksi kalori selama puasa Ramadan terhadap status radikal bebas pada pasien geriatri”. Penelitian yang dilakukan bersama Maryantoro Oemardi dari Bagian Ilmu Penyakit Dalam FKUI, Tri Budi Rahardjo dari Pusat Penelitian Kesehatan UI, dan Rahmi Istanti dari Instalasi Gizi RSCM itu, menyebutkan sebanyak 63 pasien geriatri berusia 60 tahun berpartisipasi dalam penelitian ini dan diperiksa sebanyak 4 kali, yaitu 7 hari sebelum puasa, hari ke-7 dan ke-17 saat puasa, serta 14 hari setelah puasa Ramadan. Variabel yang diukur meliputi asupan kalori, oksidan dan antioksidan yang didapat dari asupan makanan pasien sehari-hari serta efeknya terhadap status radikal bebas.
Dari penelitian didapat seseorang yang menjalankan ibadah puasa akan berkurang asupan kalorinya sebesar 12 persen dari asupan kalori sehari-hari. Sehingga, seseorang yang menjalankan ibadah puasa akan mengalami pembatasan kalori sebesar 12 persen. Asupan kalori tersebut menurun selama puasa Ramadan [hari ke-7 dan ke-17] dan meningkat pada hari ke-14 setelah puasa Ramadan.
Selanjutnya radikal bebas yang diwakili oleh malondialdehyde (MDA) menurun selama puasa dan meningkat kembali pada hari ke-14 setelah puasa Ramadan. Superoxide dismutase (SOD) yang merupakan salah satu jenis antioksidan yang dihasilkan oleh sel-sel bertambah dengan cepat setelah puasa Ramadan.
Bukti lainnya, ada suatu penelitian tentang hubungan puasa dengan masukan karbohidrat, protein dan lipid [lemak]. Hasilnya, pertama, dengan puasa terjadi penurunan karbohidrat, protein dan lipid dari konsumsi biasa dan hal itu justru bisa menormalkan kondisi tubuh. Kedua, dengan puasa, kita memberikan kesempatan pada organ-organ tubuh untuk menurunkan kecepatan kerjanya, sehingga di situ bisa terjadi perbaikan seperti pertumbuhan sel bisa lebih bagus, mengganti sel-sel yang rusak, dsb.
Arda Dinata